Sabtu, 12 November 2016

Perjalanan Magis di Sungai Sebangau

Perjalanan Magis di Sungai Sebangau
Perjalanan Magis di Sungai Sebangau
Besar di sebuah rumah yang dekat dengan Sungai Brantas di Surabaya, membuat saya tak pernah membayangkan ada air sungai yang warnanya selain coklat susu. Sampai saya pergi mengarungi Sungai Sebangau di Kalimantan Tengah, dua pekan lalu. Di sungai ini saya terheran-heran karena air sungainya berwarna hitam kemerahan.

Ahmad Nopriadi, warga Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, siap mengantar saya bersama Berson – ketua kelompok tani lokal – dan Nurdiansah – pewarta foto Tempo. Begitu kami siap, tangan Ahmad terlihat lincah mengatur kemudi perahu klotok yang kami tumpangi.

Sepanjang perjalanan dari Desa Henda, terlihat hamparan bakung di tepi sungai. Beberapa kali punggur kayu bekas kebakaran tahun lalu yang melalap 16 ribu hektare hutan masih tersisa.

Sungai Sebangau adalah salah satu bengawan yang meliuk-liuk di tengah Taman Nasional Sebangau. Masih ada delapan sungai lain yang melintasi kawasan konservasi ekosistem gambut seluas 542 ribu hektare tersebut. Selain Sebangau, ada sungai Katingan, Paduan, dan Koran.

Menurut Suyoko, pegawai bidang Pengendali Ekosistem Hutan TN Sebangau, sungai ini panjangnya sekitar 191,5 kilometer dan bentangnya mencapai 200 meter. Berbeda dengan Sungai Katingan, misalnya, yang hulunya merupakan daerah perbukitan dan mengaliri tanah mineral, Sungai Sebangau hulunya merupakan daerah rawa gambut.

Gambut inilah yang jadi biang air sungai menjadi warna hitam kemerahan seperti air teh pekat. Sebab gambut mengandung tanin, yakni senyawa polifenol yang punya sensasi rasa pahit dan sepat.

Kata Suyoko, tumbuhan memproduksi senyawa itu untuk proteksi dari hewan pemakan tumbuhan. “Jika dikunyah maka rasanya pahit,” ia berujar.

Meski warnanya hitam dan keasamannya mencapai pH 3, Sebangau tetap bisa diceburi. Namun saya tak mau ambil risiko berenang di bengawan yang letaknya di tengah rimba raya ini. Pasalnya ia menjadi habitat bagi puluhan jenis ular dan reptil. Bisa-bisa saya celaka ketika mentas.

Suyoko menambahkan panjangnya Sebangau membuat sungai ini menjadi pengatur siklus hidrologi di tiga wilayah. “Kelembaban kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, dan Pulang Pisau bergantung padanya,” ujar pria 31 tahun ini. 

Baca juga :

0 comments:

Posting Komentar